ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA NY. SR
DENGAN POST PARTUM
DIRUANGAN EDELWEIS
RSUD KABUPATEN MAMUJU
OLEH :
NAMA : LUKMAN
NIM : 012010005
CI LAHAN CI
INSTITUSI
Anna
Zulfiah, A. Md. Kep Ns.
Dewarawati P,
S. Kep
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN (STIKES)
ANDINI PERSADA MAMUJU
SUL-BAR
TAHUN AKADEMIK
2013/2014
SI KEPERAWATAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
POST
PARTUM (NIFAS)
A.
Konsep Dasar Penyakit
1.
Definisi
Masa
nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,2008:356)
Periode
pascapartum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2004:492)
Post
partum (nifas) secara harafiah adalah sebagai masa persalinan dan segera
setelah kelahiran, masa pada waktu saluran reproduktif kembali ke keadaan
semula (tidak hamil). (William,1995)
Puerperium
/ nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,
masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu (Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal,2002)
2.
Etiologi
Etiologi
post partum dibagi 2:
a.
etiologi post partum dini
1)
atonia uteri
2)
laserasi jalan lahir;robekan jalan lahir
3)
hematoma
b.
etiologi post partum lambat
1)
tertinggalnya sebagian plasenta
2)
subinvolusi di
daerah insersi plasenta
3)
dari luka bekas
secsio sesaria
3.
Fisiologi
a.
involusi rahim:terjadi karena masing2 sel menjadi
lebih kecil,yang disebabkan karena adanya proses autolysis,dimana zat protein dinding rahim dipecah diabsorbsi dan
kemudian dibuang melalui air kencing.
b.
inovasi tempat plasenta;setelah persalinan tempat
plasenta merupakan tempat permukaan kasar tidak rata kira2 sebesar telapak
tangan,dengan cepat luka ini mengecil pada akhir minggu kedua,hanya sebesar
3-4cm dan pada akhir nifas 1-2cm.
c.
perubahan pada serviks dan vagina;pada serviks
terbentuk sel2 otot terbaru,karena adanya kontraksi dan retraksi,vagina
teregang pada waktu persalinan namun
lambat laun akan mencapai ukuran yang normal.
d.
perubahan pembuluh darah rahim;dalam kehamilan uterus mempunyai
pembuluh2 darah yang besar,tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan
bagi peredaran darah yang banyak,maka arteri
tersebut harus mengecil lagi saat nifas.
e.
dinding perut
dan peritoneum;setelah persalinan dinding perut menjadi longgar karena
teregang begitu lama,tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
f.
saluran kencing;dinding kandung kemih terlihat edema,
sehingga menimbulkan obstruksi dan menyebabkan retensi urine,dilatasi ureter
dan pyelum kembali normal dalam 2minggu.
g.
laktasi;keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas
sama dengan keadaan dalam kehamilan pada
waktu ini .buah dada belum mengandung susu melainkan colostrum.colostrum adalah
cairan kuning yang mengandung banyak protein dan garam.
4.
Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
a. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang
ibu sudah diperbolehkan berdiri dan berjalan
b. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ
genital secara menyeluruh dengan lama ± 6-8 minggu
c. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi. Waktu yang diperlukan untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
bulanan ataupun tahunan.
5. Gejala Klinis (Fisiologi Nifas)
Pada masa
puerperium atau nifas tampak perubahan dari alat – alat / organ reproduksi
yaitu :
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik
dengan pengecilan ukuran (involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi
fundus uteri (TFU) post partum menurut masa involusi :
Tabel 1. TFU menurut masa involusi
INVOLUSI
|
TFU
|
BERAT UTERUS
|
Bayi lahir
|
Setinggi pusat
|
1000 gram
|
Placenta lahir
|
± 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar
pada promontorium sakralis
|
±
1000 gram
|
1 minggu
|
Pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis
|
500 gram
|
2 minggu
|
Tidak teraba di atas simfisis
|
350 gram
|
6 minggu
|
Bertambah kecil
|
50-60 gram
|
(Bobak,2004:493)
2) Vagina dan Perineum
Pada
post partum terdapat lochia yaitu cairan/sekret yang berasal dari kavum uteri
dan vagina. Macam – macam lochia :
a) Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa – sisa selaput
ketuban, terjadi selama 2 hari pasca persalinan
b) Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir, terjadi hari ke 3 – 7 pasca persalinan
c) Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna
kuning. Terjadi hari ke 7 – 14 hari pasca persalinan
d) Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca
persalinan
3) Payudara
Pada
masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon laktogen (prolaktin)
terhadap kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi mulai di akhir masa kehamilan
sampai hari ke 3-5 post partum dimana kolostrum mengandung lebih banyak protein
dan mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan meningkat
saat bayi menetek pada ibunya karena menetek merupakan suatu rangsangan
terhadap peningkatan produksi ASI. Makin sering menetek, maka ASI akan makin
banyak diproduksi.
b. Sistem Pencernaan
1) Nafsu Makan
Setelah
benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa
sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah biasa
dikonsumsi diserta konsumsi camilan yang sering ditemukan.
2) Motilitas
Secara
khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selamawaktu yang
singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan ansthesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3) Defekasi
Ibu
sering kali sudah menduga nyeri saat defeksi karena nyeri yang dirasakannya
diperineum akibat episiotomi, laserasi, hemorid. Kebiasan buang air yang
teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.
c. Sistem Perkemihan
1) Uretra dan kandung kemih
Trauma
bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni
sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami
hiperemis dan edema, seringkali diserti daerah-daerah kecil hemoragi.
d. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi
di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit
yang meregang pada payudara,abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tetapi
tidak hilang seluruhnya.
6. Patofisiologi
Adanya proses persalinan
↓
Robekan jalan lahir
↓
Discontuinitas jaringan
↓
implus/penekanan pada syaraf nyeri
↓
cortex cerebri
↓
dipersepsikan nyeri
↓
gangguan rassa nyaman nyeri
7. Pemeriksaan penunjang
a. Darah
lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
b. Urine
lengkap
8. Komplikasi
a. Pembengkakan
payudara
b. Mastitis
(peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d. Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa
nyeri, kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari
jalan lahir selam persalinan atau sesudah persalinan.
9. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi
perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang,
usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara
menyusui yang benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari
ke- 2 : mulai latihan duduk
e. Hari
ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta :
EGC
Carpenito,
L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
Carpenito, L. J. 1998. Diagnosa Keperawatan
Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi 6. EGC. Jakarta
Doengoes, E.
Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2. Jakarta: EGC
Farrer, H.
2001. Perawatan Maternitas. Edisi 2. EGC. Jakarta
Hadijono,
Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka
http://www.
Us elsevierhealth. com. Nursing diagnoses. Outcomes and interventions
NANDA. 2001.
Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia
Sarwono, P.
1994. Ilmu Kebidanan. Balai Penerbit UI. Jakarta
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. SR DENGAN POST PARTUM
Asuhan
Keperawatan Pada : Ny. SR
Dengan
Diagnosa Medis : Post Partum
DiRuagan : Edelweis
Tanggal : 18 Sesember
2013
A. Pengkajian
1. Data Demografi
Nama klien : Ny. SR
Umur klien : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Nama suami : Tn. Wahyunta
Umur suami : 29 tahun
Alamat : Samboro
Status
perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Diagnosa
medik : Post partum
Tanggal
masuk RS : 03-11-2004
No. RM : 03 74 77
Tgl Pengkajian : 18/09/2013
2. Keluhan Utama Saat Ini
Ibu
menyatakan nyeri pada daerah kemaluan terutama jika untuk duduk dan berjalan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit berat hingga harus ke rumah
sakit.
4. Riwayat Persalinan dan Kelahiran Saat Ini
a. Lama persalinan:
1) Kala I 4 jam 20 menit
2)
Kala
II 5 menit
3)
Kala
III 5 menit
Total waktu persalinan 4 jam 30 menit.
b. Posisi fetus memanjang, punggung kiri, dengan
presentasi kepala.
c. Tipe
kelahiran spontan.
d. Penggunaan analgesik dan anestesi, selama proses
persalinan ibu tidak diberikan analgesik dan anestesi.
e. Masalah selama persalinan tidak ada bayi lahir
spontan, terjadi ruptur perineum derajat I dengan jahitan dalam 1 luar 1.
Jumlah perdarahan kala I 0 cc, kala II 0 cc, kala III 100 cc, kala IV 50 cc.
Total perdarahan 150 cc.
5. Data Bayi Saat Ini
a. Keadaan umum bayi baru lahir (Jenis kelamin:
Laki-laki)
1)
Berat
badan :
3100 Gram
2)
Panjang
badan :
45 Cm
3)
Lingkar
kepala :
32 Cm
4)
Lingkar
dada :
33 Cm.
5)
Lingkar
perut : 31,5 Cm.
6)
Lingkar
lengan atas :
10,5 Cm.
b. Apgar Score
No
|
Tgl/Jam |
Karakteristik Penilaian |
Menit 1
|
Menit 5
|
1.
|
3-11-2004
|
Denyut jantung
|
2
|
2
|
2.
|
06.25 WIB
|
Pernapasan
|
2
|
2
|
3.
|
Refleks
|
1
|
1
|
|
4.
|
Tonus otot
|
1
|
2
|
|
5.
|
Warna kulit
|
1
|
2
|
|
Total
|
7
|
9
|
||
Kesimpulan:
Bayi normal tidak mengalami asfiksia.
|
6. Keadaan Psikologis Ibu
Ibu merasa baik-baik saja, senang bayinya lahir dengan selamat tanpa masalah mengingat usia kehamilannya lebih dari 9 bulan (45 minggu).
7. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit hipertensi, gula, atau penyakit menurun lainnya. Juga tidak ada yang menderita penyakit menular.
8. Riwayat Ginekologi
Ibu mengalami menarche pada usia 14 tahun, lama menstruasi 5 hari dengan siklus 30 hari. Darah yang keluar biasanya cukup banyak, encer, berwarna merah, dengan bau amis. Hari pertama menstruasi terakhir (HPHT) 09-12/2012 dengan hari perkiraan lahir (HPL) 05/09/2013.
Ibu merupakan akseptor IUD dan sudah dipakai selama 2 tahun sebelum gagal dan diekstraksii pada bulan Maret 2012.
9. Riwayat Obstetri
Ibu G2P1A0 , anak pertama laki-laki usia 3 tahun dengan BBL 3200 gram, lahir spontan, di RSUD Kabupaten Mamuju.
10. Review of System dan Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum : Ibu tampak rapi, terlihat lelah, berjalan dengan bantuan dan tertatih-tatih.
b. Berat badan : 60 Kg.
c. Tinggi badan : 151 Cm.
d. Tanda-tanda vital : TD: 110/80 mmHg , N: 84 kali/menit, R: 24 kali/menit, S: 36,5 oC.
No.
|
Komponen
|
Review of System
|
Pemeriksaan Fisik
|
1.
|
Kulit, rambut, kuku
|
Ibu mengatakan setelah melahirkan langsung
dimandikan oleh bidan, kuku sudah dipotong sejak dari rumah.
Tidak ada keluhan.
|
Kulit bersih, turgor kulit baik, lembab, rambut
bersih tidak rontok, kuku rapi dan pendek.
|
2.
|
Kepala dan leher
|
Ibu mengatakan tadi pagi sudah mencuci muka sekalian
mandi, tidak ada keluhan.
|
Ekspresi wajah merintih ketika bergerak atau duduk.
Tampak lelah.
Tidak ada oedema, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, penglihatan normal, kelenjar tiroid tidak membesar, kelenjar
limfe tidak teraba, vena jugularis tidak meningkat, tidak terdapat bekas
operasi.
|
3.
|
Telinga
|
Tidak ada keluhan.
|
Bersih, discharge tidak ada, pendengaran normal.
|
4.
|
Mulut, tenggorokan, hidung
|
Tidak ada keluhan.
|
Bersih, tidak terdapat karies gigi, tidak ada
stomatitis, sekret hidung bersih, tidak memakai alat bantu, fungsi baik.
|
5.
|
Thoraks dan paru-paru
|
Tidak ada keluhan.
|
Simetris kanan-kiri, tidak ada ketinggalan gerak,
paru dalam batas normal, tidak terdengar suara nafas tambahan.
|
6.
|
Payudara
|
Ibu mengatakan air susu sudah keluar dan akan
menyusui bayinya setelah istirahat.
|
Lunak, puting susu menonjol keluar, ASI sudah keluar.
|
7.
|
Jantung
|
Tidak ada keluhan.
|
Tidak membesar, ictus kordis pada ICS ke 5, tidak
ada bising jantung.
|
8.
|
Abdomen
|
Ibu mengatakan perut terasa mual-mual dan seperti
dipelintir.
|
Terdapat striae gravidarum, tinggi fundus uteri 2
jari dibawah pusat, teraba lunak, peristaltik positif agak lemah.
|
9.
|
Genetalia
|
Ibu mengatakan nyeri pada daerah kemaluan terutama jika
untuk bergerak dan duduk, nyeri tajam, perih, lokasi pada daerah perineum,
nyeri sedang skala 6.
Ibu menyatakan sudah buang air kecil 1 kali.
|
Lochia jumlahnya sedang, warna merah gelap, terdapat
bekuan kecil.
|
10.
|
Anus dan rektum
|
Ibu mengatakan buang air besar tadi malam sebelum
melahirkan, setelah melahirkan sampai sekarang belum.
|
Terdapat ruptur perineum dengan jahitan luar 1 jenis
Zide. Luka tampak
basah.
|
11.
|
Musculoskeletal
|
Tidak ada keluhan.
|
Refleks positif,, tidak ada varises, tidak terjadi
oedema, tanda-tanda REEDA negatif, kekuatan otot 5, ROM normal.
|
11. Riwayat Kesehatan
No.
|
Komponen
|
Hasil
|
1.
|
Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
|
Ibu
mengatakan bayi ini merupakan anak kedua, anak pertamanya dulu juga
dilahirkan di Sardjito, jadi ibu merasa yakin atas kemampuannya untuk merawat
bayinya ini.
Selama ini
ibu rajin memeriksakan diri ke dokter kandungan, jika merasa tidak enak badan
juga langsung ke Puskesmas atau dokter praktek.
|
2.
|
Pola nutrisi-metabolisme
|
Ibu makan 3 kali sehari, minum 6-8 gelas perhari,
selama hamil muda merasa mual muntah tapi semakin bertambah usia kehamilan
gejala semakin hilang. Sekarang ibu sudah mulai makan makanan kecil yang
dibawa oleh suaminya.
|
3.
|
Pola aktifitas-latihan
|
Selama hamil ibu sering jalan-jalan bersama suami dan
aktivitas sehari-hari apat dilakukan mandiri, sekarang ibu merasa lelah dan
ingin tidur, juga tampak berhati-hati ketika bergerak di tempat tidur.
Ibu tidak mampu masuk dan keluar dari kamar mandi
sehingga aktivitas kebersihan diri dibantu oleh keluarga.
|
4.
|
Pola eliminasi
|
Biasanya ibu bab 1-2 kali sehari dengan konsistensi
lunak dan bak 6-8 kali sehari selama hamil. Setelah melahirkan bab belum
sedangkan bak 1 kali tadi pagi.
|
5.
|
Pola isitirahat-tidur
|
Selama hamil istirahat/tidur tidak ada gangguan, tidur
siang selama 2 jam dan malam tidur jam 21.00 WIB dan bangun pagi jam 04.30
WIB. Semalam ibu tiak dapat tidur karena dalam proses persalinan, baru
setelah bayi lahir dan ibu dimandikan dapat tidur sebentar.
|
6.
|
Pola persepsi-kognitif
|
Ibu mengatakan merasa sakit pada daerah kemaluan. Ibu juga mengatakan bahwa kehamilan yang
sekarang ini tidak disengaja karena gagalnya IUD, tetapi ibu dan suaminya
merasa senang juga dengan kehadiran anak yang kedua ini.
|
7.
|
Pola persepsi terhadap diri
|
Ibu sangat kooperatif terhadap tindakan keperawatan
yang diberikan dan meyakini bahwa semua tindakan itu adalah untuk mempercepat
menolong diri dan bayinya.
|
8.
|
Pola hubungan-peran
|
Orang terdekat adalah suaminya dan ibunya yang selalu
mendampingi. Ibu mengatakan selama ini hubungan antar anggota keluarga dan
masyarakat sekitar baik-baik saja.
|
9.
|
Pola seksualitas-reproduksi
|
Selama hamil sudah ada kesepakatan dengan suami untuk
mengurangi frekwensi hubungan seksual. Tidak ada gangguan dalam melakukan
akttifitas tersebut, juga tidak terjadi kontak bleeding.
|
10.
|
Pola stress-koping
|
Ibu berpenampilan rapi, berbicara pelan-pelan, dan
selalu minta pertimbangan suami atau ibunya jika ada masalah atau harus
mengambil keputusan.
|
11.
|
Pola kepercayaan-nilai-nilai
|
Ibu berasal dari suku jawa dan beragama Islam
sehingga kebudayaan yang umum di masyarakat masih dilakukan seperti tujuh
bulanan dan selamatan. Ibu merasa sangat bersyukur bayinya dapat lahir
selamat mengingat usia kehamilan yang mundur.
|
12. Profil Keluarga
a. Pendukung keluarga
Ibu tinggal serumah dengan suami, satu anaknya, dan satu adiknya. Jika ada apa-apa biasa minta tolong kepada orang tuanya. Hubungan dengan masyarakat sekitar juga baik.
b. Jumlah anak
Dua dengan anak yang sekarang. Anak pertama laki-laki, anak kedua perempuan.
c. Tipe rumah dan komunitas
Rumah milik sendiri dengan bangunan permanen, lantai keramik dengan ventilasi dan cahaya yang cukup. Sumber air PAM dan memiliki WC sendiri. Jarak dengan tetangga dekat dan tipe komunitas masyarakat desa dengan budaya gotong royong.
d. Pekerjaan
Ibu tidak bekerja, di rumah saja mengurus anaknya, sedangkan suaminya adalah seorang pegawaii negeri sipil (Guru).
e. Tingkat pendidikan
Ibu berpendidikan terakhir SLTA sedangkan suaminya sarjana.
f. Tingkat sosial ekonomi
Menengah dengan penghasilan perbulan ± Rp 750.000.00.
13. Riwayat dan Rencana Keluarga Berencana
Ibu pernah menggunakan IUD selama 2 tahun tapi gagal, ibu merasa tidak nyaman akhirnya diekstraksi pada bulan Maret 2011. Ibu mengatakan berencana akan memakai IUD lagi.
14. Pemeriksaan Laboratorium atau Hasil Pemeriksaan Diagnostik Lainnya
Tanggal dan Jenis Pemeriksaan
|
Hasil pemeriksaan dan Nilai Normal
|
Interpretasi
|
Tanggal 03-11-2013
Lab. Darah :
·
HB
·
AL
·
AE
·
AT
·
HCT
Golongan Darah
|
9,9
(11,5-16,5)
13,3 (4-11)
4.35 (3,8-5,8)
152 (150-450)
30 (37-47)
AB
|
Turun
Naik
Normal
Normal
Turun
|
15. Terapi Medis yang Diberikan
Tanggal
|
Jenis Terapi
|
Rute Terapi
|
Dosis
|
Indikasi Terapi
|
18/09/2013
|
Amoxycillin
Asam Mefenamat
Emineton
|
Oral
Oral
Oral
|
3 x 500 Mg
3 x 500 Mg
1 x 1 tab.
|
Antibiotik (mencegah
infeksi)
Analgetik (mengurangi
nyeri)
Derivat besi (mengatasi
anemia)
|
19/09/2013
|
Amoxycillin
Asam Mefenamat
Emineton
|
Oral
Oral
Oral
|
3 x 500 Mg
3 x 500 Mg
1 x 1 tab.
|
Antibiotik (mencegah
infeksi)
Analgetik (mengurangi
nyeri)
Derivat besi (mengatasi
anemia)
|
20/09/2013
|
Amoxycillin
Asam Mefenamat
Emineton
|
Oral
Oral
Oral
|
3 x 500 Mg
3 x 500 Mg
1 x 1 tab.
|
Antibiotik (mencegah
infeksi)
Analgetik (mengurangi
nyeri)
Derivat besi (mengatasi anemia)
|
16. Analisa Data
Data
|
Penyebab
|
Masalah
|
DS:
1. Ibu mengatakan nyeri pada daerah kemaluan terutama jika
untuk bergerak dan duduk, nyeri tajam, perih, lokasi pada daerah perineum,
nyeri sedang skala 6.
2. Ibu mengatakan perut terasa mual-mual dan seperti dipelintir.
DO:
1. Tampak berhati-hati ketika bergerak di tempat tidur.
2. Ekspresi wajah merintih ketika bergerak atau duduk.
3. Tanda-tanda vital :
TD: 110/80 mmHg , N: 84 kali/menit, R: 24 kali/menit, S: 36,5 oC.
|
Agen injuri fisik
Kontraksi uterus
|
Nyeri akut
|
DS:
Ibu
mengatakan terdapat luka di kemaluannya dan rasanya sakit.
DO:
1. Terdapat ruptur perineum derajat I dengan jahitan luar
1 Zide.
2. Luka tampak basah.
3. Lb. Darah (3-11-2004):
HB: 9,9
AL: 13,3
HCT: 30
|
Faktor
risiko:
Trauma
jaringan
Tidak adekuatnya pertahanan sekunder tubuh
|
Risiko infeksi
|
DS:
Ibu
mengatakan merasa lelah dan ingin tidur.
DO:
1. Ibu tidak mampu masuk dan keluar dari kamar mandi.
2. Tampak lemah.
3. Aktivitas kebersihan diri dibantu oleh keluarga.
|
Kelelahan
|
Defisit perawatan diri: Mandi/kebersihan diri,
Toileting
|
4. Diagnosa Keperawatan
Sesuai dengan prioritas diagnosa yang muncul adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri fisik, Kontraksi uterus.
b. Defisit perawatan diri: Mandi/kebersihan diri, Toileting berhubungan dengan Kelelahan.
c. Risiko infeksi berhubungan dengan Faktor risiko: Trauma jaringan, Tidak adekuatnya pertahanan sekunder tubuh.
5. Rencana Pendidikan Kesehatan
Area
|
Rencana Tindakan
|
Kerja
|
Memberikan informasi bahwa selama tiga minggu post
partum belum diperbolehkan bekerja keras, seperti mengangkat ember,
barang-barang yang berat, dan memperbolehkan bekerja ringan seperti menyapu,
menyetrika, dan memasak.
|
Istirahat
|
Mengajarkan kepada ibu agar istirahat dengan cukup saat
bayi tertidur, hal ini sangat baik untuk memulihkan kondisi ibu walaupun ibu
tidak punya masalah dengan keadaan tidur.
|
Latihan
|
Mengajarkan kepada ibu bahwa latihan pada awal
minggu pertama post partum seperti
menaiki tangga, senam post partum.
|
Hygiene
|
Mengajarkan pada ibu untuk selalu membersihkan daerah
vagina dan perineum setelah bak atau bab dengan air sabun.
|
Koitus
|
Mengajarkan pada ibu bahwa koitus bisa dimulai apabila
lokhia berubah menjadi putih dan luka perineum sudah sembuh sempurna serta
ibu merasa nyaman untuk melakukan hubungan.
|
Kontrasepsi
|
Menjelaskan kepada ibu bisa menggunakan
kontrasepsi setelah tiga minggu post
partum dan apabila ibu menyusui secara penuh dan tidak memberikan makanan
tambahan pada bayi bisa dipergunakan untuk kontrasepsi selama enam bulan post
partum.
|
Follow up
|
Ibu bisa mengontrolkan diri seminggu setelah persalinan
dan selanjutnya kontrol sampai 42 hari post partum
|
Lain-lain
|
-
|
No
DX
|
Tanggal/Jam
|
Tindakan
|
Catatan
Perkembangan
|
TTD
|
1
|
Rabu,18/09/2013
Jam 09.45
Wita
Rabu,18/09/2013 Jam 21.10 Wita
Kamis,19/09/2013 Jam 06.00 Wita
|
1.
Mengkaji nyeri klien: PQRST.
2.
Mengukur TTV.
3.
Menganjurkan klien untuk melakukan mobilisasi bertahap.
4.
Membatasi pengunjung.
1. Mengkaji nyeri klien: PQRST.
2. Menyarankan klien untuk mengubah posisi tidur secara
teratur.
3. Mengajarkan klien tehnik napas dalam dan masase pada
daerah ekstremitas dan punggung.
4. Membatasi pengunjung.
1. Mengkaji nyeri klien: PQRST.
2. Mengukur TTV.
3. Memberikan analgetik asam mefenamat 500 Mg oral.
4. Menjelaskan tentang nyeri pada post partum.
|
S :
1. Ibu mengatakan masih merasa nyeri pada daerah
sekitar kemaluan meskipun sudah berkurang dibanding tadi pagi.
2. Nyeri tajam, perih, nyeri sedang skala 5, waktu
ketika melakukan mobilisasi/ambulasi.
3. Ibu mengatakan sudah mencoba turun dari tempat tidur
dengan bantuan kursi dan posisi tidur berubah-ubah.
O :
1. Ekspresi wajah ketika melakukan ambulasi tampak
menahan nyeri.
2. Posisi tidur miring ke kanan.
3. Ibu mampu mempraktekkan teknik napas dalam dan
masase.
4. Penunggu 1 orang ibu klien.
A : Tujuan belum berhasil.
P
: Lanjutkan intervensi.
S
: Ibu mengatakan
nyeri jauh berkurang dibandingkan kemarin, nyeri ringan, skala 3, lokasi di
daerah sekitar kemaluan.
O
:
1. Tanda-tanda vital: TD: 120/70 mmHg, N: 80 kali/mnt, R:
24 kali/mnt, S: 36,6 oC.
2. Obat diminum.
3. Wajah tampak segar, tenang.
4. Dapat turun dari tempat tidur dan berjalan.
A
: Tujuan
berhasil sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
|
|
2
|
Kamis,19/09/2013 Jam 09.45 Wita
Kamis,19/09/2013 Jam 21.30 Wita
Kamis,19/09/2013
Jam 05.30 Wita
|
1. Mengkaji kemampuan mandi ibu.
2. Mengkaji kemampuan ibu ke toilet.
3. Mengkaji keadaan kuku.
1. Melakukan diskusi dengan ibu cara membersihkan
daerah perineal.
2.
Menganjurkan ibu pada saat mandi untuk:
· Menggunakan suhu air yang nyaman.
· Memonitor kondisi kulit.
· Menempatkan alat mandi sesuai kondisi.
· Menyediakan alat mandi pribadi.
Kamis, 19/09/2013 Jam 05.30 WIB
1. Memfasilitasi ibu untuk mandi dengan menyediakan air
hangat, menjaga privasi, melibatkan keluarga dalam membantu mandi dan
toileting.
2. Mengkaji kemampuan klien ke toilet.
|
S :
1. Ibu mengatakan sudah bisa membersihkan daerah
perineal yaitu dengan sabun dan selalu dijaga kekeringannya, mengganti
pembalut jika basah.
2. Ibu mengatakan kalau mandi dan ke toilet sementara waktu
dibantu oleh ibunya, tadi sore.
O
: Aktif dalam diskusi.
A : Tujuan berhasil sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
Kamis, 19/09/2013 Jam 07.00 WIB
S :
1. Ibu mengatakan pagi ini akan mencoba mandi sendiri
ke kamar mandi.
2. Keluarga menyatakan akan membantu semua kebutuhan
klien.
O :
1. Ibu tampak berjalan ke kamar mandi.
2. Ibu mampu mandi dan melakukan eliminasi di kamar
mandi.
3. Keluarga membantu menuntun klien dan menyediakan
alat mandinya.
4. Ibu tampak segar dan berbau haru
A : Tujuan berhasil.
P : Lanjutkan dengan motivasi ibu untuk melakukan
aktivitas lainnya secara mandiri.
|
|
3
|
Jumat,20/09/2013 Jam 09.45 Wita
Jumat,20/09/2013 Jam 21.30 Wita
Jumat,20/09/2013 Jam 05.30 Wita
|
1.
Membatasi jumlah pengunjung.
2.
Mengajarkan cara mencuci tangan kepada orang tua.
3.
Menganjurkan orang tua untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan bayi.
4.
Memonitor tanda infeksi lokal dan sistemik.
5. Memonitor AL.
6. Mengukur tanda-tanda vital.
7. Mengawasi
tanda-tanda REEDA.
8. Mengobservasi kontraksi uterus.
1.
Menganjurkan ibu dan keluarga untuk:
· Menjaga kebersihan kamar.
· membatasi jumlah pengunjung.
· Memberikan nutrisi yang adekuat.
· Memberikan cairan dan istirahat yang cukup.
· Menjaga kebersihan dan melakukan perawatan kulit.
· Melakukan aktivitas dan mobilisasi.
2. Mengajarkan ibu dan keluarga tentang tanda-tanda
infeksi, cara mencegah infeksi.
1.
Meginspeksi kulit dan mukosa dari kemerahan, panas, atau drainase.
2.
Memonitor pengeluaran lokhia.
3.
Memonitor involusi uterus dan tinggi fundus uteri.
4.
Memonitor tanda-tanda vital.
5.
Mengawasi tanda-tanda REEDA.
6.
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
7.
Memberikan antibiotik Amoxycillin 500 Mg per oral dan derivat besi
Emineton 1 tablet.
|
S
: Ibu mengatakan akan
melakukan hal-hal yang disarankan meskipun selama ini juga sudah
melakukannya.
O : Klien dan keluarga aktif dalam diskusi.
Tidak
ditemukan tanda-tanda infeksi.
A : Tujuan berhasil sebagian.
P : lanjutkan intervensi.
S
: Ibu mengatakan cairan
yang keluar berwarna merah dengan jumlah lumayan banyak, perut juga masih
terasa mulas tapi sudah berkurang dibanding kemarin.
O
:
1. Kulit intact, mukosa tampak basah, kemerahan, dan
tidak ada perlukaan.
2. Lokhia rubra.
3. Involusi uterus baik.
4. TFU 2 jari dibawah pusat.
5. Tanda-tanda vital: TD: 120/70 mmHg, N: 80 kali/mnt,
R: 24 kali/mnt, S: 36,6 oC.
6. Tidak terdapat tanda REEDA.
7. Obat diminum.
A : Tujuan berhasil.
P : Monitoring hasil implementasi.
|
|
Rencana Keperawatan
Tanggal
|
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
18/09/2013
|
1.
Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis , edema
/ pembesaran jaringan atau distensi efek – efk hormonal
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang dengan criteria evaluasi : skala
nyeri 0-1 , ibu mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang , tidak merasa
nyeri saat mobilisasi , tanda vital dalam batas normal . S = 37 C . N = 80 x/menit
, TD = 120/80 mmHG , R = 18 – 20 x / menit
|
1.
Kaji ulang skala nyeri
2.
Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan
distraksi rasa nyeri
3.
Motivasi : untuk mobilisasi sesuai indikasi
4.
Berikan kompres hangat
5.
Delegasi pemberian analgetik
|
1.
mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
2.
untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang
dirasakan
3.
memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat
involusi dan mengurangi nyeri
secara bertahap.
4.
meningkatkan sirkulasi pada perinium
5.
melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa
nyeri berkurang
|
19/09/2013
|
1. Resiko
tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan
/ penggantian tidak adekuat , kehilangan cairan berlebih ( muntah , hemoragi
, peningkatan keluaran urine )
|
setelah
diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi dengan KE : dapat
mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi, tidak terdapat
tanda-tanda infeksi.
|
1. Kaji
lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan episiotomi.
2. Sarankan
pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
3. Pantau
tanda-tanda vital.
4. Lakukan rendam bokong.
5.
Sarankan ibu
membersihkan perineal dari depan ke belakang.
|
1.
untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan
mengintervensi dengan tepat.
2.
pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan
media yang menjadi tempat berkembangbiaknya kuman.
3. peningkatan suhu > 38°C menandakan infeksi.
4. untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi udema.
5. membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.
|
20/09/2013
|
1. Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan , penurunan Hb ,
prosedur invasive , pecah ketuban , malnutrisi
|
setelah diberikan askep ibu diharapkan tidak
kekurangan volume cairan dengan KE : cairan masuk dan keluar seimbang, Hb/Ht
dalam batas normal (12,0-16,0 gr/dL)
|
1. Ajarkan
ibu agar massage sendiri fundus uteri.
2. Pertahankan
cairan peroral 1,5-2 Liter/hari
3. Observasi
perubahan suhu, nadi, tensi.
4.
Periksa ulang
kadar Hb/Ht.
|
1.
memberi rangsangan pada uterus agar berkontraksi
kuat dan mengontrol perdarahan.
2.
mencegah terjadinya dehidrasi.
3.
peningkatan
suhu dapat memperhebat dehidrasi.
4.
penurunan Hb
tidak boleh melebihi 2 gram%/100 dL.
|
makasih bagus eee,,, kunjungi dong blog saya di kes131.blogspot.com
BalasHapusGa asa dapusnya-_-
BalasHapusterimakasih bangeeet, sangat membantu askepnya
BalasHapus