Kamis, 19 Maret 2015

ASKEP ASMA

LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA
A.    Pengertian
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. ( Smeltzer, 2002 : 611)
Asma didefinisikan sebagai penurunan fungsi paru dan hiperres ponsivitas jalan nafas terhadap berbagai rangsang (Lynda Jual Carpenito).
Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme otot polos bronkiolus. (Corwin E.J., 2001 : 430)
Kesimpulan dari beberapa pengertian diatas, asma merupakan gangguan pernapasan pada bronkus yang menyebabkan penyempitan intermiten pada saluran pernafasan.
B.    Etiologi
Secara etiologis asma dibagi dalam 3 tipe :
1.    Asma tipe non atopik (intrinsik)
Pada golongan ini, keluhan tidak adanya hubungan dengan paparan (exposure) terhadap alergen dan sifat-sifatnya adalah :
a.    Serangan timbul setelah dewasa.
b.    Pada keluarga tidak ada yang menderita asma.
c.    Penyakit infeksi sering menimbulkan serangan.
d.    Ada hubungan dengan pekerjaan dan beban fisik.
e.    Rangsangan / stimuli psikis mempunyai peran untuk menimbulkan serangan reaksi asma.
f.    Perubahan-perubahan cuaca atau lingkungan yang non spesifik merupakan keadaan yang peka bagi penderita.

2.    Asma tipe atopik (ekstrinsik)
Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan (exposure) terhadap alergen yang spesifik. Kepekaan ini biasaanya ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronkial. Pada tipe ini mempunyai sifat-sifat :
a.    Timbul sejak kanak-kanak
b.    Pada famili ada yang mengidap asma
c.    Ada eksim waktu bayi
d.    Sering menderita rinitis
e.    Di Inggris penyebabnya house dust mite, di USA tepung sari bunga rumput
3.    Asma Campuran (mixed)
Pada golongan ini, keluhan diperberat oleh faktor-faktor intrinsik maupun ekstrinsik. (Alsagaff, H. dkk.1993 : 2)
C.    Patofisiologi
Kelainan utama dari asma diduga disebabkan karena adanya hipersensitivitas dari cabng-cabang bronkus. Pada individu yang retan, lapisan dan cabang-cabang bronkial tersebut akan menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan yang diberikan kepadanya. Kerentanandari individu kemungkinan diturunkan secara genetik, munculnya kerentanan disebabkan oleh adanya perubahan terhadap rangsangan yang berlebih-lebihan dengan faktor lingkungan tertentu, seperti penerapan bahan alergen / iritan.
Apapun pencetusnya mekanisme yang terjadi adalah sama saja bronkokontriksi yang terjadi kemungkinan sebagai suatu reaksi perlindungan untuk membatasi instalasi alergen / iritasi yang lebih lanjut, bila hal ini berlangsung terus maka lapisan jalan akan tersentifisasi terutama pada bronkus berukuran sedang dan bronkiolus sehingga mengalami peradangan dan edematosus. Pada asma atopik keadaan ini disebabkan oleh alergen spesifik yang terkait dengan antibodi-antibodi spesifik sehingga menyebabkan pelepasan dari berbagai macam hormon lokal dan zat mediator. Pada semua kasus adanya peradangan dapat ditandai dengan edema dari selaput lendir bronkial dan peningkatan ekskresi. Hal ini dapat meningkatkan intabilitas dari obat-obat polos bronkial. 
D.    Klasifikasi
Secara etiologis asma bronchiale di bagi dalam 3 tipe :
1.    Asma bronchiale tipe nonatopi (intrinsik)
Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungannya dengan dengan paparan terhadap alergen dan sifat-sifat adalah
a.    Serangan timbul setelah dewasa
b.    Pada keluarga tidak ada yang menderita asma
c.    Penyakit infeksi sering menimbulkan serangan
d.    Perubahan cuaca / lingkungan yang nono spesifik merupakan keadaan yang peka bagi penderita.
2.    Asma bronkial hipe atopi (ekstrinsik)
Pada golongan ini ada keluhan yang berhubungan dengan paparan terhadap alergen lingkungan yang spesifik, kepekaan ini biasanya dapat ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronchial pada tipe-tipe yang mempunyai sifat-sifat :
a.    Timbul sejak anak-anak
b.    Pada keluarga ada yang menderita asma
c.    Sering menderita rinitis
3.    Asma Bronchiale campuran
Pada keadaan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor ekstrensik dan intrinsit



E.    Manifestasi  klinis
1)    Tachikardi   
2)    Mengi / Whezing
3)    Tachipnea    
4)    Pernafasan pendek
5)    Batuk    
6)    Rasa sesak didada
7)    Serangan biasanya menghilang dalam 30 – 60 menit
8)    Spuhim dalam bentuk kental dan jumlah banyak
9)    Kelelahan terjadi setelah serangan
10)    Diaphoresis
11)    Kontraksi yan kaku dari bronkhiolus
12)    Penurunan kecepatan ekspirasi maksimal dan volume ekspirasi
13)    Kapasitas residu fungsional dan volume residu sangat tinggi selama serangan asama.
14)    Oto polos bronkhiolus megalami atrofi
15)    Skintest alergen
16)    Batuk yang paroksismal terutama pada malam hari berlangsung 10 – 14 hari
17)    Sianosis
18)    Tekanan darah meningkat
F.    Pemeriksaan Penunjang
1.    Pemeriksaan test kulit → untuk menunjukkan adanya alergi dan adanya antibodi kadar Ig E yang spesifik dalam tubuh.
2.    Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E serum → untuk menyokong adanya penyakit atopi
3.    Pemeriksaan analisa gas darah → dilakukan dengan pasien asma berat
4.    Pemeriksaan eosinofil damal darah → jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat
5.    Pemeriksaan sputum → untuk menilai adanya misellium aspergius fumigatus
6.    Radiologi → dilakukan apabila dan kecurigaan terhadap proses patologik dipar
G.    Penatalaksanaan
1.    Pegobatan Medika Mentosa
a.    Waktu serangan
1)    Bronkodilator   
2)    korkhosteroid   
3)    ekspektoransia
4)    antihistamin    
5)    antibiotika
b.    Diluar serangan
1)    disodium chomoglycate (DSCG)
2)    ketotijen
2.    Pengobatan non Medika Mentosa
a.    Waktu serangan
1)    Pemberian O2
2)    Pastural drainase
3)    Pemberian cairan    
4)    Menghindari paparan alergen
b.    Diluar serangan
1)    Pendidikan
2)    Immunoteraphy/desensitasi
3)    Pelayanan / kontrol emosi
c.    Tujuan pelaksanaan terapi asma
1)    Menyembuhkan dan menendalikan gejala asma
2)    Mencegah kekambuhan
3)    Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankan
4)    Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal
5)    Menghindari efek samping obat asma
6)    Mencegah obstruksif jalan nafas yang irreversible
d.    Terapi awal :
1)    O2 4-6 liter/menit
2)    Agonis B2
3)    Amnofium bolus IV 5 – 6 mg
4)    Kortikosteroid hidrokortison 100 – 200 mg IV
e.    Terapi asmak kronik
1)    Asma ringan : agnosis B2 inhalasi
2)    Asma sedang : anti inflamsi / hr dan agonis B2 inhalasi bila perlu
3)    asmaAberat : steroid inhalasi / hr B2 long acting, steroid sedang sehari/dosis tunggal harian dan agnosis B2 inhalasi sesuai kebutuhan
f.    Respon terapi awal baik didapatkan keadaan :
1)    Respon menetap selama 60 menit setelah pengobatan
2)    Pemeriksaan fisik normal
3)    Arus puncak ekspirasi > 70 %


KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
1.    Riwayat Keperawatan
a.    Masalah pernafasan yan pernah dialami
1)    Pernah mengalami perubahan pola pernafasa
2)    Pernah mengalami batuk dengan sputum
3)    Pernah mengalami myeri dada
4)    Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala diatas
b.    Riwayat penyakit pernafasan
1)    Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC
2)    Bagaimana frekuensi setiap kejadian ?
c.    Riwayat Kardiovaskuler
1)    Pernah mengalami penyakit jantung atau peredarah darah
d.    Gaya hidup
1)    Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok
2.    Pemeriksaan Fisik
a.    Mata
1)    Konjungtiva pucat (karena anemia)
2)    Konjugtiva sianosis (karena hipoksernia)
3)    Kunjungtiva terdapat pethechia (karena kembali lemak atau andokardhitis)
b.    Kulit
1)    Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
2)    Sianosis secara umum (hiposekmia)
3)    Edema
4)    Penurunan turgor (dehidrasi)
5)    Edema periorbital
c.    Jari dan Kuku
1)    Sianosis
2)    Clubbing finger
d.    Mulut dan Bibir
1)    Membran mukosa sianosis
2)    Bernafas dengan mengerutkan mulut
e.    Hidung
1)    Pernafasan dengan cuping hidung
f.    Vena Leher
1)    Adanya distensi / bendungan
g.    Dada
2)    Retraksi oto bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas pernafasan, dispnea atau obstruksi jalan pernafasan)
3)    Pergerakan tidak simetris antara dada kanan dan dada kiri
4)    Taktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara / suara melewati saluran / rongga pernafasan)
5)    Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
6)    Bunyi perkusi (resonan, hyperesonan, dullness)
h.    Pola Pernafasan
7)    Eupnea (pernafasan normal)
8)    Tacypnea (pernafasan cepat)
9)    Bradypnea (pernafasan lambat)
3.    Pemeriksaan Penunjang
a.    Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi, jantung
10)    EKG
11)    Exercise stress test
b.    Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah
12)    Echocardiography    -    Angiografi
13)    Katerisasi jantung
c.    Tes untuk mengukur ventilasi dan oksegenasi
14)    Tes fungsi paru-paru dengan spirometri    -    Oksimetri
15)    Tes astrup    -    Pemeriksaan darah lengkap
d.    Melihat struktur sistem pernafasan
16)    X-Ray thoraks    -   CT Scan paru
17)    Bronchoskopi
e.    Menentukan sel abnormal / injeksi sistem pernafasan
18)    Kultur apus tenggorok
19)    Sitologi
20)    Spesimen sputum (BTA)


B.    Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasa timbul pada kasus asma bronchiale adalah sebagai berikut :
1.    Inefektif kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi mukus, kekentalan sekresi, dan bronkospasme.
a.    Kriteria hasil :
1)    Mendemonstrasikan batuk efektif.
2)    Mencari posisi yang nyaman untuk memudahkan peningkatan pertukaran udara.
3)    Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
b.    Intervensi :
1)    Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk;
a)    Napas dalam dan perlahan sambil duduk setegak mungkin.
b)    Gunakan napas diafragmatik.
c)    Tahan napas selama 3-5 detik dan kemudian hembusan sebanyak mungkin melalui mulut (sangkar iga bawah dan abdomen harus turun).
d)    Ambil napas kedua, tahan dan batuk dari dada (bukan dari belakang mulut / tenggorokan) dan menggunakan napas pendek, batuk kuat.
e)    Demonstrasikan pernapasan pursed-lip.
2)    Pertahankan hidrasi adekuat : meningkatkan masukan cairan 2 sampai 4 liter per hari bila tidak dikontra indikasi penurunan curah jantung/gagal ginjal.
3)    Auskultasi paru-paru sebelum dan sesudah tindakan.
4)    Dorong / berikan perawatan mulut.


c.    Rasional :
1)    Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif, menimbulkan frustasi.
a)    Duduk tegak menggeser organ abdominal menjauhi paru memungkinkan ekspansi lebih besar
b)    Pernapasan diafragmatik menurunkan frekuensi pernapasan dan meningkatkan ventilasi alveolar.
c)    & (d) Peningkatan volume udara dalam paru meningkatkan pengeluaran sekret.
d)    Pernapasan pursed-lip memanjangkan ekshalasi untuk menurunkan udara yang terperangkap
2)    Sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis.
3)    Pengkajian ini membantu mengevaluasi keberhasilan tindakan
4)    Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah bau mulut. (Carpenito, L.J., 1999 : 131, Doenges, 1999 :166)
2.    Kerusakan pertukaran gas berhubungkan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme broncus), kerusakan alveoli.
a.    Hasil yang diharapkan :
1)    Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan AGD (Analisa Gas Darah) dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan.
2)    Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan atau situasi
b.    Intervensi keperawatan :
1)    Kaji frekwensi kedalaman pernafasan
2)    Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas.
3)    Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk istirahat tidur
4)    Awasi tanda-tanda vital.
c.    Rasional
1)    Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
2)    Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi (rujuk pada DK : bersihan jalan nafas tak efektif).
3)    Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.
4)    Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler. (Doenges E., 2000 : 168)
3.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia / mual-muntah.
a.    Kriteria hasil :
1)    Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
2)    Menunjukkan perilaku / perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat badan yang tepat.
b.    Intervensi :
1)    Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini
2)    Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan tempat khusus untuk sekali pakai dan tisu
3)    Berikan makanan porsi kecil tapi sering
4)    Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat
c.    Rasional :
1)    Sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum dan obat.
2)    Rasa tidak enak, bau dan penampilan adalah pencegahan utama terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.
3)    Membantu untuk meningkatkan kalori total
4)    Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas abdomen dan gerak diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea. (Doenges M.E., 2000 : 159)
4.    Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya sekret), tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan pada lingkungan, proses penyakit kronis, malnutrisi).
a.    Kriteria hasil :
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi.
b.    Intervensi :
1)    Awasi suhu
2)    Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum.
3)    Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
4)    Kolaborasi : Berikan antimikrobial sesuai indikasi
c.    Rasional :
1)    Demam dapat terjadi karena infeksi / dehidrasi
2)    Mencegah penyebaran patogen melalui cairan
3)    Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi.
4)    Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitivitas atau diberikan secara profilaktik karena resiko tinggi. (Doenges M.E., 2000 : 162)
5.    Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, tindakan berhubungan dengan kurang informasi / tak mengenal sumber informasi, salah mengerti tentang informasi, kurang mengingat / keterbatasan kognitif.
a.    Kriteria hasil :
1)    Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan tindakan.
2)    Mengidentifkasi hubungan tanda / gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubungkan dengan faktor penyebab.
b.    Intervensi :
1)    Jelaskan / kuatkan penjelasan proses penyakit individu.
2)    Instruksikan / kuatkan rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.
3)    Anjurkan menghindari agen sedatif antiansietas kecuali diresepkan / diberikan oleh dokter mengobatai kondisi pernapasan.
4)    Tekankan pentingnya perawatan oral / kebersihan gigi.
5)    Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi, misal : udara terlalu kering, angin, lingkungan dengan suhu ekstrim, serbuk, asap tembakau, sprei aerosol, polusi udara, dorong klien / orang terdekat untuk mencari cara mengontrol faktor ini dan faktor di rumah. (Doenges M.E., 2000 : 162)


DAFTAR PUSTAKA
Asih, Niluh Gede Yasmin. (2003). Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Bull, Eleanor & David Price. (2007). Simple Guide Asma. Jakarta: Penerbit Erlangga
Hadibroto, Iwan & Syamsir Alam. (2006). Asma. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Hartanti, Vien. (2003). Jadi Dokter di Rumah Sendiri dengan Terapi Herbal dan Pijat. Jakarta: Pustaka Anggrek
Herdinsibuae, W dkk. (2005). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: PT Rineka Cipta
Mansjoer, Arif dkk. (2008). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Widjadja, Rafelina. (2009). Penyakit Kronis: Tindakan, Pencegahan, & Pengobatan secara Medis maupun Tradisional. Jakarta: Bee Media Indonesia.
Wijayakusuma, Hembing. (2008). Ramuan Lengkap Herbal Taklukkan Penyakit. Jakarta: Pustaka Bunda.


5 komentar:

  1. mspanish chess - youtube.com
    YouTube channel for sports video gaming youtube.com. YouTube channel for sports video gaming youtube.com and youtube channel for sport betting youtube.com mp3 juice and youtube channel for sports

    BalasHapus